30 Desember 2007

PELECEHAN SEKSUAL PRIA TERHADAP WANITA VERSI MAJALAH TIARA

(Tulisan yang sayang dilewatkan. Saya simpan sebagai kenang2an indah)

From: John MacDougall


To: apakabar@clark.net
From: "SYSTEM 0PERATOR"
Subject: IN: BW: Bak Buah Simalakama...
Date: Sat, 16 Dec 95 15:16:58 WIB
Organization: Kalyanamitra


BEJANA WANITA
Diterbitkan dalam rangka
Dialog Tentang Pelecehan Seksual - 21 Desember 1995
---------------------------------------------------


Bak Buah Simalakama...



Berikut petikan pembahasan dan penelitan seputar pelecehan seksual.

***


Tiga puluh mahasiswi sebuah perguruan tinggi negeri di Jakarta protes. Surat itu dikirimkan ke kepala klinik yang bekerja sama dengan perguruan tinggi tersebut. Kisah ini terbongkar setelah seorang mahasiswi, sambil menangis, menceritakan pengalamannya memeriksakan diri ke dokter, kepada seorang temannya. Ia bilang, tangan dokter itu memeriksa "wilayah-wilayah" yang tak seharusnya diperiksa. "Tapi, saya tak bisa berbuat apa-apa saat itu," keluhnya.

Kisah inilah yang kemudian membuka mulut mahasiswi lainnya. Mereka menggugat keberadaan dokter tersebut. Syukurlah protes itu sukses. Dokter cabul itu segera di-PHK.

Ternyata seorang profesional melakukan pelecehan seksual tidaklah aneh. Setidaknya begitu menurut hasil survei yang dilakukan majalah perilaku Tiara tentang Pelecehan Seksual di Lingkungan Ekesekutif. Survei yang diketuai psikolog klinis Dr. Sukiat dilakukan pada 127
eksekutif pria dan 66 eksekutif wanita -- berusia antara 25-65 tahun. Survei dilakukan selama dua bulan, di Jakarta. Mereka adalah para pengambil keputusan, manajer, kepala bagian, dan para profesional yang bekerja di perusahaan.

"Motivasi para eksekutif melakukan pelecehan seksual bukan pertanda hasrat seksual. Mereka melakukan itu sekadar untuk bercanda, menambah keakraban, menghilangkan ketegangan, dan rasa jenuh." Menurut hasil survei pelecehan seksual lebih sering dilakukan atasan kepada bawahan ketimbang sebaliknya. "Bisa jadi para eksekutif kita memang sangat menghargai atasannya," ungkap Sukiat.

Pelaku pelecehan seksual bisa jadi tak sadar pada apa yang dilakukannya. Mereka bisa saja menganggap bahwa siulan, pujian, pandangan gemas dan olok-olok berbau mesum merupakan hal lumrah. Maka dengan ringan, apalagi pada bawahan, seorang eksekutif melontarkan pujian tentang bibir bawahannya yang sensual. Sementara yang dipuji merasa "teganggu" dengan pujian itu. Ini terjadi, kata Sukiat, karena pelaku biasa bercanda dan iseng. "Canda dan iseng yang mungkin saja membudaya dalam masyarakatnya, " kata psikolog klinis yang kerap
menerima pengaduan pelecehan seksual dari kliennya ini.

Maka Sukiat mengingatkan agar hati-hati dalam bercanda. Canda bisa jadi malapetaka jika yang diajak bercanda tak mau menerima bahwa itu canda. Apalagi masyarakat sekarang kian deras menerima informasi. Informasi tentang apa pelecehan seksual dan bentuk-bentuk pelecehan
seksual bisa membuat orang kian kritis pada perlakuan atas dirinya.

Akibatnya sangat mungkin seorang wanita yang mendengar siulan ke arahnya tak lagi bersikap pura-pura tak mendengar seperti dulu. Bisa saja wanita itu melabrak bahwa menuntut penyiul yang mengganggunya.

Hanya saja lain masalah jika seorang bawahan menerima tindakan pelecehan seksual dari atasannya. Non, sebut saja begitu, mengaku suka menerima pelecehan seksual dari atasannya. Atasannya kerap merangkul bahunya. "Dia melakukan itu di depan orang lain. Meskipun dia bilang saya dianggap anaknya, tapi saya tak percaya. Menurut teman lain dia memang mata keranjang," kata wanita yang baru bekerja di sebuah penerbitan di Jakarta ini.

Toh, Non mengaku keder bagaimana harus bertindak. Ia pernah mencoba menurunkan lengan atasannya dari pundaknya. Tapi jemarinya justru diremas-remas oleh atasannya. "Untung ia jarang datang ke kantor. Karenanya saya tak begitu tertekan," akunya.

Perasaan tertekan ini, menurut Sukiat, bisa mengganggu kehidupan emosi dan prestasi kerja si korban. Bawahan yang menerima pelecehan seksual dari atasannya, sambung Sukiat, akan menghadapi buah simalakama. "Jika tak menerima perlakuan atasan mereka bisa kehilangan kesempatan promosi, kenaikan gaji, bahkan kehilangan kerja. Sedangkan jika menerima, keseimbangan jiwanya bisa terganggu."

Untuk menyelesaikannya Sukiat menyarankan agar korban bicara dengan si peleceh. Saran Sukiat, bicaralah sambil tersenyum sopan dan dengan kata yang menyentuh kalbu. "Hanya itu yang bisa saya sarankan dan selalu saya sarankan pada klien-klien saya," ungkapnya.

PELECEHAN SEKSUAL PRIA TERHADAP WANITA VERSI MAJALAH TIARA
----------------------------------------------------------------------

BEBERAPA TINDAKAN 0 1 2 3 4 5

1. Siulan nakal 23,4 34,9 16,1 10,4 9,9 5,2

2. Pernyataan yang mendesak 58,9 16,3 13,2 8,4 2,1 1,1
untuk kencan

3. Memandang dari ujung rambut 13,5 25,9 19,7 17,6 14,0 8,3
hingga kaki

4. Nyolek, nemplok, mencubit bagian 35,8 24,9 20,4 13,5 4,1 1,6
tubuh tertentu

5. Menyandarkan kepala ke bahu 64,4 15,2 14,1 3,1 3,1 0

6. Usaha/melakukan pemerkosaan 99,5 0 0 0,5 0 0

7. Dan lain-lain 86,5 6,7 2,2 2,2 2,2 0

Keterangan:
0 = tidak/belum pernah
1 = hanya beberapa kali saja
2 = agak jarang
3 = agak sering juga
4 = cukup sering
5 = sangat sering

Tidak ada komentar: