20 Februari 2008

Ingin Karyawan Loyal? Benahi Program Pensiun dan Kesehatan!

Apa alasan Anda bertahan di tempat kerja sekarang? Gaji besar, tunjangan menarik, atau keduanya? Namun berdasarkan survey yang dilakukan Watson Wyatt terhadap 201 perusahaan di Indonesia mengungkapkan bahwa perusahaan memperkirakan karyawan akan loyal antara lain karena ada tunjangan kesehatan dan program pensiun yang disediakan perusahaan tempat bekerja.

Watson Wyatt Indonesia melakukan mensurvey 201 perusahaan, dimana 80% merupakan perseroan terbatas, 6% perusahaan terbuka (go public) dan 5% perusahaan milik perorangan. Menurut Lilis Halim, Managing Consultant Watson Wyatt Indonesia dalam presentasinya di hadapan media di Jakarta baru-baru ini, metode survey dilakukan dengan cara wawancara top eksekutif perusahaan yang bersangkutan.
Dari hasil survey disimpulkan bahwa tigadari empat perusahaan di Indonesia merasa perlu untuk membenahi program pensiun dan kesehatan karyawannya dalam lima hingga 10 tahun mendatang.

"Populasi yang menua adalah isu sosial ekonomi yang akan menjadi masalah besar di Asia Pasifik, termasuk Indonesia, pada abad 21. Usia para tenaga kerja semakin bertambah tua sementara banyak perusahaan dan karyawan yang belum siap menghadapi masa pensiun itu," ujar Lilis saat temu pers memaparkan temuan Watson Wyatt dari penelitian "Ageing Workforce 2006", sebuah penelitian tentang populasi yang menua di 11 negara besar Asia Pasifik.

Populasi yang menua, lanjut Lilis, akan berdampak besar terhadap pola rekrutmen karyawan serta beban biaya kesehatan dan pensiun yang harus ditanggung oleh perusahaan dan karyawan. Menurut data yang ada, populasi tenaga kerja di Indonesia yang berusia 50 tahun ke atas telah mencapai 16% pada 2005, dan diperkirakan akan meningkat menjadi 28% pada 2030 dan menjadi 37% pada 2050. Dalam angka absolut, populasi akan menjadi hampir tiga kali lipat dari 38 juta pada 2005 menjadi sekitar 123 juta pada 2050. Sebuah angka yang luar biasa bukan?

Terkait dengan itu, sekitar 64% perusahaan di Indonesia percaya bahwa perubahan demografis karena meningkatnya populasi yang menua akan berdampak pada sektor ekonomi dan masyarakat. "Sekitar 81% yang kami survey percaya bahwa karyawannya akan memberi apresiasi tinggi bila perusahaan memberi tunjangan pensiun. Namun kenyataannya hanya 10% pekerja Indonesia yang mendapatkan tunjangan pensiun, baik dari perusahaan maupun perorangan," tutur Lilis.

lebih lanjut Lilis menjelaskan,"Penelitian ini bertujuan mempelajari pandangan perusahaan terhadap manfaat tunjangan kesehatan dan pensiun dalam rangka menarik dan mempertahankan tenaga kerja yang berprestasi."

Dalam paparannya Managing Consultant Watson Wyatt Indonesia ini mengungkapkan bahwa berdasar hasil penelitian Watson Wyatt di kawasan Asia Pasifik terindikasi bahwa sebagian besar pemerintah dan perusahaan di kawasan, termasuk Indonesia, akan menghadapi kenaikan beban SDM yang bermakna karena lebih dari 70% pekerja kini berharap perusahaan menanggung biaya kesehatan dan pensiun mereka. "Masalah ini akan berdampak keuangan besar bagi perusahan dalam 20 tahun mendatang mengingat kemampuan pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sangat terbatas," ujar Lilis.

Untuk mengatasi masalah ini, lanjut Lilis, perusahaan perlu membuat skema pensiun sejak dini dengan membagi beban biaya kepada perusahaan dan karyawan. "Hal ini tidak saja akan memberi jaminan hari tua bagi karyawan, tetapi juga akan menjadi daya tarik tersendiri untuk mempertahankan tenaga berpotensi tinggi agar tetap bekerja di perusahaan yang sama," ujar Lilis mengambil kesimpulan.

Nah, apakah perusahaan Anda sudah menyediakan tunjangan kesehatan dan dana pensiun untuk karyawan?

Sumber: hanyawanita.com

10 Februari 2008

Keuntungan-Keuntungan Menjadi Wartawan

Menjadi wartawan menyimpan hal-hal yang menyenangkan. Tapi supaya tidak menimbulkan kecemburuan sosial di sini secara garis besar kita sebut saja beberapa di antaranya.

Bisa bertemu pejabat tinggi.
Hal ini sungguh tidak mustahil. Banyak wartawan sangat akrab dengan para pejabat tinggi dan para menteri. Bahkan beberapa di antara wartawan memperoleh "izin khusus" untuk menelepon langsung ke rumah mereka. Atau dalam bahasa populernya, antara wartawan dan para menteri punya hotline.

Wartawan-wartwan senior seperti Rosihan Anwar, Mochtar Lubis, atau SK Trimurti malah dikenal sangat akrab bergaul dengan Presiden Soekarno. Setiap pagi, misalnya, mereka diajak sarapan bersama dan sebagainya. Asyik kan?

Jika Melanggar Rambu Lalu Lintas, Tidak Ditilang
Wartawan sering dibebaskan oleh pak polantas jika melanggar rambu lalu-lintas. Orang boleh saja mengatakan, karena sebenarnya pak polantas takut dirinya ditulis yang tidak-tidak. Tapi yang paling benar, karena mereka tahu, seluk-beluk pekerjaan wartawan yang membutuhkan kegesitan dan kecepatan. Hal itu rupanya membuat para wartawan suka ngebut kalau naik motor atau naik mobil. Akibatnya sering-sering melanggar rambu. Karena itu, pak polantas bisa maklum, dan memaafkan kita. Begitu tahu yang melanggar adalah wartawan, mereka akan membebaskannya. Bahkan, sering-sering dengan ucapan simpatik, "Maaf, Pak, saya telah menganggu perjalanan Anda.

Gratis Ke Mana-Mana
Suer, ini bukan gosip. Wartawan bisa pergi ke mana-mana, bahkan sampai ke ujung dunia secara prodeo alias gratis. Eddy Suhardi dan Ibnu Basori, kapan lagi bisa melancong ke Eropa kalau tidak menjadi wartawan Jakarta-Jakarta?

Jadi biar gajinya kecil (kalau ini serius), wartawan memang bisa keliling dunia tanpa mengeluarkan uang sepeser pun. Padahal zaman sekarang, di zaman globalisasi, banyak sekali acara-acara menarik diselenggarakan di luar negeri.

Kalau Anda merasa sudah lama menjadi wartawan tapi kok belum juga ditugaskan ke luar negeri, coba taktik berikut:

- Ajukan sebuah proposal kepada redaktur Anda tentang 'sesuatu yang menarik' di luar negeri. Kalau menarik dan masuk akal, soal beaya biasanya tak menjadi soal.
- Dengan sepengetahuan atasan, Anda bisa saja mengajukan permohonan sponsor kepada biro perjalanan atau maskapai penerbangan. Selama itu tak bertentangan dengan policy media Anda, tak apa. Bos Anda juga pasti oke-oke saja, kalau kantor tidak perlu mengeluarkan dana.

Nongkrong di Panti Pijat Juga Aman
Ini juga betul. Tetangga atau handaitaulan tak bisa menggosipkan Anda, kalau memergoki Anda sedang nongkrong di kelab malam, panti pijat atau keluyuran malam-malam sekalipun. Semua orang harus maklum: Anda wartawan, dan itulah kerja wartawan, harus bisa ke mana saja. Hanya sayangnya, ada juga wartawan yang suka menyalahgunakan previllege ini. Misalnya menggandeng wanita lain, atau masuk ke tempat prostitusi. "Saya kan wartawan Saya akan mewawancara germonya," jawabnya. Dasar.

Disegani.
Kalau wartawan berkunjung ke sebuah perusahaan atau pabrik, pemilik perusahaan atau pabrik biasanya panik. Semua dibereskan dirapikan. Sampah-sampah dibuang. Got-got dibersihkan. Pekerjaan harus rapi. Kalau nginap di hotel, manajer hotel juga wanti-wanti, "Pak, kalau ada yang bisa dibantu, jangan segan-segan menghubungi saya 24 jam". Maklum, Anda wartawan. Salah-salah, Anda tulis di media Anda. Jadi, Anda disegani.

Sering Dapat Undangan Makan Enak.
Kalau Anda wartawan, Anda akan biasa mendapat uadangan pejabat mantu, anak menteri sunatan, peluncuran parfum baru, dan lai-lain. Itu artinya, Anda makan enak. Gratisan. Karena itu tak usah heran, jika banyak wartawan menguasai aneka jenis makanan, atau pakar kuliner.

Akrab dengan Orang Penting dan Selebritis
Dijamin tetangga dan handaitaulan Anda akan kaget dan terpesona, kalau Anda menyunatkan anak atau mantu, datang tetamu berupa pak meneri, pak dirjen, pak walikota atau para selebritis yang wajahnya sering tampil di infotaintment. Tentu saja, selama Anda sebagai wartawan, mengundang mereka, mereka pasti akan mencoba meluangkan waktu untuk memenuhi undangan Anda. Coba saja.

Gampang Menembus Birokrasi.
Seorang manajer pemasaran tak berhasil menemui owner supermarket. Permohonan untuk ketemu selalu kandas di meja sekretaris. Tapi coba Anda yang maju. Sekretaris tak bisa berkutik. Kalau si sekretaris mencoba menghalangi, katakan saja, Anda wartawan, jangan coba-coba menghalangi wartawan untuk memperoleh informasi. Dijamin, siplah.

Bisa Jadi Dubes atau Menteri Penerangan
Di zaman Orde Baru, wartawan bisa jadi dutabesar atau Menteri Penerangan. Bukan tidak mungkin, sekarang kalau Anda mujur, Anda bisa diangkat sebagai Menteri Komunikasi dan Informasi.

Bisa Jadi Pakar.
Pada dasarnya pekerjaan wartawan adalah seperti menempuh perguruan tinggi tanpa akhir. Kalau Anda ditugaskan menjadi penjabrik atau penjaga rubrik tertentu selama beberapa tahun, Anda sudah cenderung jadi pakar. Kalau Anda mengasuh rubrik politik, bukan mustahil Anda akan dianggap sebagai pakar politik, sedikitnya oleh atasan Anda. Kalau Anda ditugasi mengasuh rubrik Seks, sangat mungkin Anda akan banyak ditanya orang tentang liku-liku seks. Kalau Anda menulis buku tentang Cumi-Cumi, maka Anda pun akan dianggap sebagai pakar Cumi-Cumi. Padahal sejatinya, sebagai wartawan mungkin kita hanya ingin berbagi informasi saja. Tapi itulah yang terjadi. Pokoknya dengan menjadi wartawan, jalan terbuka bagi Anda untuk bisa jadi pakar di bidang apa saja. Buktikan saja.

(Dikutip dari buku MENGGEBRAK DUNIA WARTAWAN, karangan Kurniawan Junaedhie, Puspa Swara, Jakarta, 1993)