14 Maret 2008

Menakar Untung-Rugi Pensiun Dini

Oleh Yacob Yahya

Usia yang mulai ‘nanggung’ bisa membuat kita bingung. Mau tuntas berkarya hingga pensiun tiba, atau cukup sekian saja. Apalagi, jika tawaran pensiun dini (golden shake hand) datang menghampiri. Setumpuk pesangon yang disodorkan cukup bikin ngiler juga.

Namun, jika Anda memperoleh tawaran pensiun dini, ada baiknya waspada. Pada umumnya, mereka yang memperoleh ’surat cinta’ tersebut adalah karyawan yang dianggap sudah tidak bisa berkembang lagi. Bahasa vulgarnya, wajib segera dibuang sebelum menjejali biaya pegawai.

Perusahaan sudah tak sudi angon karyawan setengah tua yang sudah mentok. Lebih baik diusir dengan muka ramah. Di-up-grade via diklat juga sudah gak nyandak. Lebih baik digantikan oleh darah muda yang masih segar -yang ironinya, dengan gaji yang lebih berlipat.

Namun Anda tak perlu keburu merasa tak berarti. Bisa jadi ini adalah awal tantangan baru. Anda bisa memanfaatkan pesangon tersebut untuk berinvestasi. Bisa ke sektor riil, bisa tanam modal di pasar uang.

Tapi, Anda juga perlu menimbang risiko. Jika mau buka usaha, jenis bisnis apa yang cocok dengan Anda? Ingat, kondisi orang kantoran yang tinggal terima gaji jauh nian dengan pengusaha yang dituntut ulet.

Ada baiknya Anda membekali diri dengan mengikuti seminar atau pelatihan wirausaha. Atau belajar berinvestasi di wahana finansial. Misalnya reksadana, wealth management, asuransi unit-linked, dan lain-lain.

Kalau pilihan Anda adalah membuka usaha, cermatilah. Apakah Anda punya bakat atau pengalaman sebelumnya? Atau setidaknya Anda tahu betul lingkungan dan seluk-beluknya.

Jika opsi Anda ke sektor keuangan, telitilah. Apakah produk finansial ini bonafid? Atau jangan-jangan tipuan sulapan investasi bodong? Pengalaman Bank Global dan Dressel sudah cukup sebagai bukti. Orang sohor pun bisa tertipu memutar uang.

Yang jelas, persiapkan mental Anda memulai jenis bisnis baru. Semua usaha memang ada risikonya. Dari jadi juragan angkot, daukeh kapal, raja kos-kosan, pengusaha wartel, atau cukong beras.

Tapi yang lebih penting, jika tidak ada keberanian memulai, Anda takkan beranjak melangkah. ***

*) Yacob, jurnalis Hukumonline bidang ekonomi-politik.

Tidak ada komentar: